POROSITAS BETON BERPORI DENGAN AGREGAT KASAR BUATAN DARI LIMBAH PLASTIK PET

POROSITY OF POROUS CONCRETE WITH ARTIFICIAL AGGREGATE FROM PET PLASTIC WASTE

Authors

  • M. Zulham Universitas Palangka Raya, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil
  • Liliana Universitas Palangka Raya
  • Frieda Universitas Palangka Raya

Keywords:

Plastic, artificial aggregate, porous concrete, porosity, Plastik, Agregat Buatan, Beton Berpori, Porositas

Abstract

Pada penelitian ini digunakan limbah plastik berjenis PET (Polyethelene Terephatine) untuk menjadi bahan pembuatan agregat kasar buatan. Dipilih untuk menjadi agregat buatan karena agregat adalah bahan terbesar dalam pembentukan beton. Limbah plastik jenis PET (Polyethelene Terephatine) digunakan karena jumlahnya yang menumpuk dilingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah konsumsi air mineral botol kemasan dan kebiasaan buruk kebanyakan masyarakat Indonesia yang suka buang sampah sembarangan, juga kurangnya daur ulang limbah yang dilakukan. Agregat buatan ini nanti akan digunakan pada campuran untuk beton berpori. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental, dengan rasio agregat buatan dan agregat alami 58:42 %. Variabel lain yang digunakan pada penelitian ini adalah variasi FAS 0,25 dan 0,30, variasi rasio agregat semen 6:1 dan 7:1. Pada uji porositas diperoleh porositas terbesar 5,04 pada campuran 58% agregat buatan plastik: 42% agregat alami, FAS yang digunakan 0,25, dan rasio agregat: semen yang digunakan 7:1. Nilai porositas yang dihasilkan relatif rendah jika dibandingkan pada beton berpori pada umumnya.

 

In this study, PET (Polyethelene Terephatine) plastic waste was used to make artificial coarse aggregate. It was chosen to be an artificial aggregate because aggregate is the largest material in the formation of concrete. Plastic waste type PET (Polyethelene Terephatine) is used because the amount that accumulates in the surrounding environment. This is due to the large amount of bottled mineral water consumption and the bad habits of most Indonesians who like to litter, as well as the lack of waste recycling. This artificial aggregate will later be used in the mixture for porous concrete. This research was conducted by experimental method, with the ratio of artificial aggregates and natural aggregates 58:42%. Other variables used in this study were variations in FAS 0.25 and 0.30, variations in the ratio of cement aggregates 6:1 and 7:1. In the porosity test, the largest porosity was 5.04 in a mixture of 58% artificial plastic aggregate: 42% natural aggregate, 0.25 FAS used, and the ratio of aggregate: cement used was 7:1. The resulting porosity value is relatively low when compared to porous concrete in general.

References

Widiyatmoko, H., Purwaningrum, Pramiati., dan Putri Arum P, Febrina. 2016. Analisis Karakter Sampah Plastik di Permukiman Kecamatan Tebet dan Alternatif Pengolahannya. Jurnal Teknik Lingkungan FALT Universitas Trisakti. 07(01), hal 24 – 33.

Rosie, Arizki Intan Sari., E. Wallah, Steenie., S. Windahm Reky. 2015. Pengearuh Jumlah Semen dan FAS Terhadap Kuat Tekan Beton dengan Agregat yang Berasal dari Sungai. Jurnal Sipil Statik. 03(01). hal 68 – 76.

Widhiarto, H., dan Sujatmiko, B. 2012. Analisis Campuran Beton Berpori dengan Agregat Bergradasi Terpisah Ditinjau Terhadap Mutu dan Biaya. Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya. 05 (02), hal 24 – 30.

Bongdart, D. 2013, Environmental sustainability in seaports: a framework for successful innovation. Genova : Maritime Policy & Management.

Downloads

Published

2023-06-26