PERBANDINGAN JENIS-JENIS AGREGAT KASAR BATU MERAK, BATU HAMPANGEN DAN BATU BANJAR UNTUK CAMPURAN BETON TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL K-250

THE COMPARISON OF COARD AGGREGATE TYPES OF MERAK, HAMPANGEN AND BANJAR STONES FOR CONCRETE MIXTURES TO THE COMPRESSION STRENGTH OF NORMAL CONCRETE K-250

Authors

  • Ridwan Ardiansyah Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
  • Rida Respati Universitas Muhammadiyah Palangka Raya

DOI:

https://doi.org/10.36277/transukma.v4i2.136

Keywords:

beton normal, batu Merak, batu Hampangen, batu Pelaihari

Abstract

Ketersediaan batu pecah lokal di daerah Palangkaraya sangat minim, sehingga kebanyakan batu pecah di daerah ini didatangkan dari luar daerah. Agregat kasar yang dapat di temui antara lain Batu Merak, Batu Hampangen dan Batu Banjar Pelaihari. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbandingan kekuatan beton yang dihasilkan agregat kasar tersebut dalam mutu normal K-250. Perencanaan campuran beton menggunakan metode DoE (Departement of Enviroment). Benda uji sebanyak 3 sampel untuk masing-masing campuran dengan agregat kasar yang berbeda, sampel uji beton menggunakan kubus dengan ukuran 15 cm × 15 cm × 15 cm, dan selanjutnya dilakukan pengujian kuat tekan beton pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Dari hasil penelitian didapatkan hasil kuat tekan beton pada umur beton 28 hari beton dengan campuran batu Merak sebesar 368,71 kg/cm2, dengan campuran batu Hampangen sebesar 370,36 kg/cm2, dan dengan campuran batu Pelaihari sebesar 334,89 kg/cm2. Dapat disimpulkan bahwa beton dengan menggunakan ketiga agregat kasar tersebut memiliki kuat tekan yang lebih tinggi daripada mutu yang direncanakan. Akan tetapi beton menggunakan agragat kasar batu Hampangen memiliki kuat tekan yang tertinggi.

 

The availability of local stone in Palangkaraya is very minimal, so the most of the chrushed stone in this region is came from other region. Coarse aggregates that can be found are Merak stone, Hampangen stone and Pelaihari stone. The purpose of this study is to know the comparison of strength of the concrete produced by the coarse aggregate in the normal quality of K-250. Concrete mixture is using DoE (Departement of Enviroment) method. Three sample for each mixture with different coarse aggregate, the concrete samples use the cube mold size 15 cm × 15 cm × 15 cm, then the compressive strength test at age 7 days, 14 days and 28 days. The result of compressive strength test at age 28 days mixed Merak stone concrete is 368,71 kg/cm2, mixed hampangen stone is 370,36 kg/cm2, and mixed pelaihari stone is 334,89 kg/cm2. The conclution is the concrete using of three coarse aggregates has a higher compressive strength than the planned quality. But the concrete using Hampangen stone has the highest compressive strength.

References

Anjelica, C., Intan, S., & Johannes, V. (2019). Perbandingan Kuat Tekan Beton Dengan Menggunakan Material Dari Sungai Waihatu Dan Pantai Desa Hattu. Manumata: Jurnal Ilmu Teknik, 5(1), 1-8.

Indriani,L. (2015). Analisis Perbandingan Penggunaan Agregat Kasar Dari Merak Dan Agregat Kasar Dari Batu Gadur Terhadap Kuat Tekan Beton Mutu Normal. Jurnal Fakultas Teknik Universitas Darwan Ali.

Larasati.D (2021), Pengaruh Penambahan Cangkang Sawit Terhadap Kuat Tekan Beton F’c 25 MPa. Skripsi fakultas Teknik dan informatika universitas Muhammadiyah palangkaraya.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 2847:2013. (2013). Persyaratan beton structural untuk bangunan Gedung. Badan Standardisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-6468-2000. (2000). Perencanaan Campuran Tinggi dengan Semen Portland dengan Abuterbang. Badan Standardisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2847-2002. (2002). Tata Cara Perhintungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Badan Standardisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 1737-1989-F. (1989). Tata Cara Pelaksanaan Lapisan Beton. Badan Standardisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 21972:2008. (2008). Tata Cara Uji Slump Beton. Badan Standardisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1968-1990. (1990). Metode Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus dan AgregatKasar. Badan Standardisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1969-1990. (1990). Metode Pengujian Berat Jenis Dan PenyerapanAir AgregatKasar. Badan Standardisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1970-1990. (1990). Metode Pengujian Berat Jenis Dan PenyerapanAir Agregat Halus. Badan Standardisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1971-1990. (1990). Metode Pengujian Kadar Air Agregat. Badan Standardisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1972-1990. (1990). Metode Pengujian Slump Beton. Badan Standardisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1974-1990. (1990). Metode Pengujian kuat Tekan Beton. Badan Standardisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2417-1991. (1991). Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles. Badan Standardisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2493-1991. (1991). Metoda Pembuatan Dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium.Badan Standardisasi Nasional.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 15-2049-2002 (2002). Semen Portland. Badan Standardisasi Nasional.

UPT Laboratorium Bahan Konstruksi (2020). Hasil Pengujian Laboratorium Rencana Campuran Beton (Design Mix Formula) Beton K-125 = Fc’. 10 Mpa Beton K-250 = fc’ 20 MPa, Dinas Pekerjaan Uum dan Penataan Ruang Provinsi Kalimantan Tengah

Downloads

Published

2022-06-19