WARUNG SEBAGAI RUANG BERKUMPUL

Studi Kasus : Kelurahan Pattingalloang, Kecamatan Ujung Tanah, Makassar, Sulawesi Selatan

Authors

  • Nurul Hardiyanti Universitas Hasanuddin
  • Suheriah Mulia Devi Politeknik Negeri Balikpapan

Keywords:

ruang berkumpul, warung, setting fisik, interaksi sosial, perilaku, kelompok manusia

Abstract

Kegiatan berkumpul adalah suatu bentuk perilaku manusia di dalam suatu lingkungan yang identik dengan perilaku sosial yang dihubungkan secara langsung pada suatu susunan tempat duduk dan meja dari suatu ruang publik, jarak antar personal, perilaku nonverbal seperti sudut tubuh, kontak mata, pola duduk, ekspresi muka yang menunjukkan kualitas sosialisasi diantara perseorangan.

Penelitian ini akan menjawab permasalahan setting fisik dan interaksi sosial pada warung di Kelurahan Pattingalloang serta elemen-elemen apa saja yang terdapat di dalamnya. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan Peta Perilaku (Behavioral Mapping). Peta perilaku dapat berupa place centered map dan person centered map. Dalam penelitian ini digunakan metode place centered map untuk melihat bagaimana manusia mengatur dirinya dalam suatu lokasi tertentu (Sommer dkk, 1980) dan metode person centered map.

 

Warung-warung di Kelurahan Pattingalloang ini menjadi ruang berkumpul bagi masyarakat. Ruang berkumpul ini termasuk ruang berkumpul informal dengan setting fisik berbentuk linier berupa pemanfaatan lahan rumah dan jalur sirkulasi/gang. Terdapat beberapa elemen yang ditambahkan pada warung guna memperoleh kenyamanan fisik yaitu tambahan atap seng/terpal, meja dagangan, tempat duduk-duduk dan tikar. Ada dua faktor utama yang menyebabkan warung menjadi ruang berkumpul yaitu faktor perilaku sosial masyarakat dan faktor ekonomi.

References

Altifah. Setting Fisik Ruang Berkumpul Informal Anak Di Permukiman (Studikasus : Perumnas Condongcatur, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta).

Arianti Ayu Puspita, Dudy Wiyancoko & Dona Saphiranti. Kajian terhadap Sarana Duduk Publik Kampus dengan Pendekatan Perilaku dan Aktivitas Warga Kampus (Studi Kasus pada Kampus Institut Teknologi Bandung Ganesha). ITB J. Vis. Art & Des, Vol. 5, No. 1, 2011, 1-26.

Carr, Stephen. 1992. Public Space. Cambridge: The Press Syndicate of The University of Cambridge Press.

Carmona, Matthew, Health, Tim, Oc, Tanner & Tiesdell, Steve. 2003. Public Place Urban Space: The Dimension of Urban Design. Architectural Press : Burlington.

Gunawan Sunaryo, Rony. Perubahan Setting Ruang dan Pola Aktivitas Publik di Ruang Terbuka Kampus UGM. Seminar Nasional Riset Arsitektur dan Perencanaan (SERAP) 1, Humanisme dalam Realita Perancangan Arsitektur.

Hall, Edward T. 1982. The Hidden Dimension. New York: Doubleday.

Juarni Anita, Fendy Gustya, Lucy Rahayu Erawati, Mega Dewi Sukma. Juli 2012. Kajian Terhadap Ruang Publik Sebagai Sarana Interaksi Warga di Kampung Muararajeun Lama, Bandung. Reka Karsa, Teknik Arsitektur Itenas, No.I, Vol.I Jurnal Online Institut Teknologi Nasional.

Krier, R. 1979. Urban Space. London: Academy Editions.

Laurens, Joyce Marcella. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: Penerbit PT. Grasindo.

Madanipour, Ali. 2003. Public and Private Spaces of The City. New York: Routledge Press

Robert Sommer, Barbara B. Sommer. 1980. Practical Guide to Behavioral Research Tools and Techniques. New York: Oxford University Press.

Sativa, Anisa, Agustina Eka. Ruang Berkumpul di Kampung Kauman Yogyakarta. NALARs Volume 6 Nomor 1 Januari 2007: 81-95.

Sarwono, A. 1992. Psikologi Lingkungan Jakarta: PT. Gramedia.

Trancik, Roger. 1986. Finding Lost Space, Theories of Urban Design. Van Nostrand Reinhold: New York.

Weisman, G.D. 1981. Architecture and Human Behavior. Pennsylvania.

Published

2015-12-22